Maf’ul Bih

Posted on

Maf’ul Bih (مفعول به) – Kembali lagi dengan Yuksinau.co.id, setelah kemarin kita membahasa secara lengkap mengenai Maf’ul Liajlih, kali ini kita akan membahas materi yang masih berkaitan dengan materi sebelumnya yakni Maf’ul bih.

Kami akan membahas secara lengkap mulai dari pengertian, contoh, pembagian, tanda i’rab nya beserta penjelasannya. Untuk itu langsung saja simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Maf’ul Bih

Pengertian Maf’ul Bih

Dalam bahasa Indonesia maf’ul artinya ialah objek / sasaran. Adapun dalam ilmu nahwu, maf’ul bih memiliki definisi sebagai berikut ;

اَلْمَفْعُوْلُ بِهِ إِسْمٌ مَنْصُوْبٌ يَدُلُّ عَلَى مَنْ وَقَعَ عَلَيْهِ الْفِعْلُ الْفَاعِلُ وَلَا تَتَغَيِّرُ مَعَهُ صُوْرَةُ الْفِعْلِ

Artinya :
Maf’ul bih adalah isim manshub (yang dibaca nashob) yang menunjukkan kepada orang yang ditimpakan suatu pekerjaan dari pelaku kepadanya, bentuk dari pekerjaan tidak berubah yang mana hal ini karena adanya maf’ul.

Contoh Maf’ul Bih

Setelah kita mengetahui apa itu maf’ul bih, berikut ini adalah contoh-contoh dari maful bih dan penjelasannya untuk menambah pemahan kalian mengenai apa itu maful bih.

Contoh 1 : فَتَحَ اَحْمَدُ الْبَابَ = Ahmad Membuka Pintu
Objek dalam contoh di atas yakni adalah pintu (الْبَابَ). Maka “pintu” disini sebagai / menjadi maf’ul bih.

Contoh 2 :اَكَلْتُ الْخُبْزَ = Saya memakan roti
Objek dalam contoh di atas yakni adalah roti (الْخُبْزَ). Maka kata “roti” disini sebagai / menjadi maf’ul bih.

Contoh 3 : ضَرَبَ اِبْرَاهِيْمُ الْكَلْبَ = Ibrahim memukul anjing
Objek dalam contoh di atas yakni adalah anjing (الْكَلْبَ). maka kata “anjing” disini sebagai / menjadi maf’ul bih.

Contoh 4 : اَكَلْتُ الطَعَامَ = Aku sudah memakan makanan.
Yang menjadi objek perbuatannya yakni ialah (الْكَلْبَ), maka kata “makanan” disini sebagai / menjadi maf’ul bih.

Contoh 5 : قَرَأْتُ كِتَابًا = Aku sudah membaca Buku
Yang menjadi objek perbuatannya yakni ialah kata (كِتَابًا), maka kata “membaca buku” disini sebagai / menjadi maf’ul bih.

Pembagian

Dilihat dari bentuk katanya, maful bih dibagi menjadi isim mu’rab, isim mabni dan mashdar muawwal.

1. Isim mu’rab
Maf’ul bih berupa isim mu’rab apabila isim yang menjadi maf’ul berubah irabnya ketika dimaasuki amil yang berbeda. Contoh maf’ul bih berupa isim mu’rab:

يَقْرَأُ مُحَمَّدُ الْقُرْآنًا

ضَرَبَ عَلِيٌّ كَلْبًا

Kata (الْقُرْآنًا) dan (كَلْبًا) bisa berubah i’rab nya sesuai dengan kedudukannya (amil).

2. Isim Mabni
Maf’ul bih ini juga bisa berupa isim mabni sama hal nya dengan isim dhamir, isim maushul dan isim isyarah. Adapun maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

  • Dhamir Muttashil (kata bersambung)
    Maf’ul bih dhamir muttashil ada 12, yaitu:

ضَرَبَنِيْ – ضَرَبَنَا – ضَرَبَكَ – ضَرَبَكِ – ضَرَبَكُمَا – ضَرَبَكُمْ – ضَرَبَكُنَّ – ضَرَبَهُ – ضَرَبَهَا – ضَرَبَهُمَا – ضَرَبَهُمْ – ضَرَبَهُنَّ

  • Dhamir Munfashil (terpisah)
    Maf’ul bih dhamir Munfashil ini juga ada 12, yaitu :

إِيَّايَ – إِيَّانَا – إِيَّاكَ – إِيَّاكِ – إِيَّاكُمَا – إِيَّاكُمْ – إِيَّاكُنَّ – إِيَّاهُ – إِيَّاها – إِيَّاهما – إِيَّاهُمْ – إِيَّاهُنَّ

3. Mashdar Muawwal
Maf’ul bih berupa mashdar muawaal terdiri dari (أَنْ) & fi’il / (أَنَّ) dengan isim serta khabarnya.

Contoh:

أَمَرَ اللهُ عَلَيْكَ أَنْ تَشْهَدَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Mashdar muawwal (أَنْ) & (تَشْهَدَ) disini merupakan maful bih dari fi’il (أَمَرَ). Adapun kata (أَنَّ) dengan isim serta khobarnya adaah maf’ul dari fi’il (تَشْهَدَ).

Tanda I’rab

Seperti yang sudah di jelaskan di atas, yang mana maful bih merupakan isim manshub, itu artinya i’rab maful yakni ialah nashabb. Adapun tanda nashab pada maf’ul yakni fathah, alif, kasroh dan ya’. Tanda i’rab yang telah disebutkan tadi hanya berlaku dalam isim mu’rab.

1. Fathah
Fathah disni merupakan tanda nashab pada maf’ul jika berbentuk isim mufrad / jama’ taksir.

  • Isim mufrad = ضَرَبَ خَلِيْلٌ كَلْبًا
  • Jama’ taksir = كَتَبَ الْمُدَرِّسُ النُّصُوْصَ

2. Alif
Alif disni merupakan tanda nashab pada maf’ul jika maf’ulnya berupa isim lima.

  • رَأَيْتُ أَبَاكَ

3. Kasrah
Kasrah disni merupakan tanda nashab pada maf’ul jika berupa jama’ muanats salim.

  • رَاَيْتُ الطَّالِبَاتِ

4. Ya’
Ya’ merupakan tanda nashab pada maf’ul jika berupa isim tatsniyah / jama’ mudzakkar salim.

  • Isim tatsniyah = ضَرَبَتْ سَلْمَى قِطَّيْنِ
  • Jama’ mudzakar salim = رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ

Jika maf’ul berbentuk isim mabni, maka tanda i’rab nya tidak berubah. Namun i’rabnya disesuaikan dengan mahalnya yang ada pada kalimat.

  • Contoh: اِشْتَرَيْتُ هَذَا الْكِتَابَ

Kata yang diberi tanda tebal di atas adalah maful bih yang berbentuk isim isyarah. Adapun I’rabnya fi mahal marfu’. أَكْرِمْ مَنْ أَكْرَمَكَ

Kata (مَنْ) adalah maful bih yang berbentuk dhamir munfashil. Untuk dhamir kaf (كَ) sendrii adalah maf’ul yang berbentuk dhamir muttashil. Irabnya fi mahal marfu’.

Kaidah Penempatan

1. Posisi standar dalam kaidah bahasa Arab yakni ialah fi’il, fa’il & maf’ul.

  • Contoh:
    • يَفْتَحُ أَحْمَدُ الْأَبْوَابَ
    • سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ

2. Dibolehkan mendahulukan maf’ul sebelum fa’il, namun hal ini jika maf’ul dan fa’ilnya berbentuk isim zhahir.

  • Contoh : يَجْنِي القُطْنَ الفَلَّاحُ

3. Dibolehkan mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il jika maf’ul nya berbentuk isim zhahir.

  • Contoh: فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ

4. Diharuskan mengakhirkan maf’ul jika maf’ulnya berbentuk isim dhamir.

  • Contoh:
    • أَمَرْتُكَ
    • أَكْرَمَنِيْ أَحْمَدُ

5. Diharuskan mengakhirkan maf’ul jika khawatir terjadi kesalahan fahaman apabila di dahulukan.

  • Contoh: أَكْرَمَتْ عَائِشَة فَاطِمَة

Karena apabila maf’ulnya didahulukan khawatir ada yang menyangka bahwa maf’ulnya sebagai yang terakhir.

6. Diharuskan mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il, hal ini jika maf’ulnya berbentuk isim dhamir munfashil.

  • Contoh: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

7. Boleh-boleh saja menghilangkan fi’il & fa’il dan boleh juga menyisakan maf’ulnya saja jika bisa dipahami dari / mengenai susunan kalimatnya.

  • Contoh: misalnya ada pertanyaan seperti ; “kamu bertemu siapa kemarin?” maka jawabannya yakni (عَلِيًّا). Yang dimaksud yakni ialah: قَابَلْتُ عَلِيًّا

Demikianlah pembasan kami mengenai Maful Bih. Semoga dengan adanya artikel ini bisa menambah pengetahuan kita mengani ilmu nawhu. Terima kasih telah berkunjung. Assalamu’alaikum.