Contoh Konflik Budaya Yang Pernah Terjadi di Indonesia

Posted on

Contoh Konflik Budaya di Indonesia – Contoh konflik budaya di Indonesia adalah salah satu topik yang selalu menarik untuk dibahas. Lalu apa saja Contoh Konflik Budaya di Indonesia? Nah, untuk itu langsung saja simak penjelasan kami mengenai Materi Contoh Konflik Budaya di Indonesia di bawah ini.

Contoh Konflik Budaya
Contoh Konflik Budaya

Contoh Konflik Budaya di Indonesia

Contoh Konflik Budaya

Contoh konflik budaya di Indonesia adalah salah satu topik yang selalu menarik untuk dibahas. Seperti kita ketahui, negara kita terdiri dari berbagai kelompok suku dan etnis, yang secara alami memiliki keanekaragaman budaya.

Keragaman ini kemudian menyebabkan timbulnya perbedaan budaya antara satu dan lainnya. Selain itu, terkadang ada pandangan yang saling bertentangan antar budaya.

Di mana hal-hal yang dianggap normal dalam Budaya X dapat menjadi kebalikannya atau dianggap tidak sopan yang lainnya dalam Budaya Z.

Gambaran di atas tidak dapat dianggap sepele. Karena perbedaan budaya ini juga dapat menjadi pemicu atau menyebabkan konflik horizontal (terminologi konflik yang terjadi antar individu atau kelompok organisasi ).

Selain itu, bagi masyarakat-masyarakat yang masih memiliki pandangan yang sangat tradisional, di mana mereka akan berjuang mati-matian untuk budaya mereka sendiri.

Hal tersebut tidak salah, karena budaya memang menjadi bagian dari hidup dan juga perjuangan mereka. Maka dari itu konflik yang disebabkan oleh budaya semacam pertaruhan harga diri.

Melihat kenyataan ini, tidak heran jika konflik di Indonesia sering terjadi karena perbedaan budaya. Konflik yang terjadi terkadang memakan korban jiwa bahkan menyebabkan kematian yang jumlahnya tidak sedikit.

Kondisi ini juga dapat membahayakan atau dengan kata lain mengancam struktur keamanan dalam kehidupan sosial.

Peristiwa-peristiwa berikut dapat mencegah konflik antar budaya dari berdampak besar. Simak beberapa contoh konflik budaya yang terjadi di Indonesia berikut ini ;

1. Konflik Aceh Dengan Jawa

Sebuah fakta bahwa beberapa orang mengatakan orang Jawa mudah diterima di mana pun mereka berada. Bukti nyatanya yaitu ialah keberadaan mereka yang “meng-Indonesia”.

Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan/adat, perangai yang lembut, dan etos kerja yang tinggi menjadikan masyarakat Jawa mudah diterima di semua wilayah di mana mereka tinggal.

Kenyataannya, sebenarnya orang Jawa tidak mutlak disenangi oleh semua orang Indonesia. Salah satunya Aceh, daerah yang bisa dikatakan kurang bisa untuk menerima orang Jawa.

Sama seperti adanya selentingan yang mengatakan wanita Sunda “terlarang” untuk menikahi orang Jawa. Nah, ada pula yang bilang kalau orang Aceh tidak senang atau tidak suka dengan orang-orang Jawa dari dulu.

Alasan terjadinya konflik antara kedua suku ini juga karena adanya perbedaan budaya antara keduanya. Terkait dengan penyebab lainnya yakni sebagai berikut:

Belanda dan Jawa menyerang Aceh Janji orang Jawa kepada orang Aceh ditolak kish daud menyesal, yang juga membenarkan Aceh diangkat sebagai presiden DOM oleh Presiden Soeharto.

  • Orang Jawa pernah menyerang Aceh;
  • Adanya janji orang Jawa kepada masyarakat Aceh, namun di ingkari;
  • Kisah daud bereud yang sangat mengenaskan; dan
  • Aceh pernah dijadikan Daerah Operasi Militer (DOM) oleh presiden Soeharto.

2. Konflik Lampung Utara dengan Lampung Selatan

Lampung adalah provinsi yang terletak di ujung Kepulauan Sumatra. Konflik yang terjadi sekitar tahun 2017 yang melibatkan masyarakat Lampung utara dan Lampung Selatan.

Konflik ini di picu oleh adanya perbedaan budaya. Konflik ini cukup serius dan bahkan sampai menarik perhatian media lokal dan nasional sebagaimana contoh pelanggaran demokrasi.

Konflik besar yang terjadi antar Lampung Selatan dan Lampung Utara terjadi di wilayah Kalianda. Dilihat dari penyebabnya, kasus Lampung dalam batas-batas tertentu bisa dibilang bersifat klasik.

Meskipun beberapa kalangan melihat konflik antar kampung di Lampung ini tidak ada hubungannya dengan masalah etnisitas, namun mengabaikan faktor ini juga kurang tepat, mengingat secara kasat mata pihak yang sedang berkonflik memiliki keterkaitan dengan ke-2 etnis yang terlibat,yakni etnis Lampung dan Bali

3. Perang Suku Dani dan Damal, Mimika Papua

Di Papua, ada lagi konflik dengan latar belakang budaya, kali ini melibatkan suku Dani dan Damal di wilayah Mimika, Papua.

Kedua suku tersebut saling serang dengan menggunakan panah dan tombak. Baku panah yang menegangkan pun terjadi setelah kedua pihak gagal dalam mencapai kesepakatan damai. Dari perang tersebut telah memakan korban tewas kurang lebih 8 orang.

Upaya perdamaian dari Polisi Resor Mimika belum menemukan titik temu. Satu kelompok dilaporkan masih ingin menyelesaikan perselisihan di antara mereka secara adat.

Meskipun tidak ada korban tewas dalam perang yang berikutnya ini, tetapi beberapa orang dilaporkan terluka karena sabetan tombak dan juga terkena anak panah.

Ratusan personel Polres Mimika pun bersiaga di Kwamki Lama dengan tujuan mengantisipasi konflik yang terjadi sejak Ahad silam ini semakin meluas dan memanas.

Baca Juga : Makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

4. Konflik Suku Moni dan Suku Dani Di Papua

Wilayah Papua adalah salah satu daerah yang paling sering terkena dampak konflik yang hanya disebabkan oleh perbedaan budaya.

Meskipun di wilayah Papua sendiri tersebar oleh banyak suku yang menghuninya, bahkan “percikan” kecil pun akan menyebabkan timbulnya konflik.

Perbedaan budaya dipandang sebagai hal-hal yang dapat memicu konflik semakin memanas dan mengubahnya menjadi perang antar suku.

Bentrokan yang terjadi untuk kesekian kalinya, dipicu oleh perebutan lahan untuk Jalan Trans Nabire.

Meskipun kedua suku sudah melakukan upacara perdamaian menurut tradisi dan adat pegunungan tengah Papua, yang disana disebut dengan “Upacara bakar batu”.

Namun kenyataanya, perang kembali terjadi meskipun yang menjadi pemicu utama soal rebutan lahan untuk Jalan Trans Nabire telah sesuai sebagaimana  ujuan & sifat hukum ketenagakerjaan.

Warga suku Moni dan Dani melakuakan persiapan untuk perang di Distrik Kuala Kencana, desa Jayanti, Timika, Papua.

Tiap-tiap kubu juga dilengkapi dengan busur dan anak panah yang siap untuk dilemparkan kepada lawan perang. Tidak hanya di ruang terbuka, perang juga terjadi di dalam hutan, seperti dalam kasus sengketa perdata internasional.

Akibat dari perang antar suku tersebut, puluhan orang menderita luka-luka dari kedua pihak. Mereka dievakuasi ke rumah sakit lain di Timika.

Meskipun sudah memakan puluhan korban tewas dan ratusan orang dari kedua kubu terluka akibat bentrokan dalam tiga bulan terakhir. Namun masih saja kedua kelompok melanjutkan perang, dan entah sampai kapan perang tersebut akan berakhir.

5. Tragedi Sampit

Konflik Sampit yaitu ialah pecahnya kerusuhan etnis di Indonesia yang dimulai sejak Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun.

Konflik ini bermula di kota Sampit di Kalimantan Tengah dan meluas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.

Konflik ini terjadi antara orang Dayak asli dan warga migran Madura. Konflik pecah pada 18 Februari 2001, ketika sejumlah suku Dayak melakukan penyerangan kepada 2 warga Madura.

Konflik Sampit menyebabkan lebih dari 500 korban tewas, lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal mereka. Banyak juga ditemukan orang Madura yang dipenggal kepalanya oleh orang Dayak.

Konflik ini juga disebut-sebut sebagai tragedi berdarah saat itu. Sejauh ini, perang Sampit masih merupakan salah satu konflik paling legendaris dan juga di kenal sebagai konflik sangat mengerikan.

F.A.Q

Apa yang dimaksud dengan konflik?

Secara sosiologis, konflik di definisikan sebagai sebuah proses sosial antara 2 orang atau lebih, di mana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan / membuatnya tidak berdaya.

Bagaimana cara menghindari konflik budaya?

1. Melakukan Koersi
2. Melakukan kompromi
3. Melakukan Arbitrasi
4. Melakukan Mediasi
5. Adanya Toleransi, dll.

Apa penyebab terjadinya konflik?

1. Adanya perbedaan antar individu atau kelompok
2. Adanya perbedaan kebudayaan
3. Adanya perbedaan kepentingan
4. Adanya perubahan sosial, dll.

Itulah beberapa Contoh Konflik Budaya yang Pernah terjadi di Indonesia. Semoga bisa bermanfaat.

Pelajari Juga Artikel Lainnya :